Mengenal Bapak Pramuka Indonesia
Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan salah satu tokoh lahirnya Pramuka Indonesia. Dalam sejarah kepanduan Indonesia, Sri Sultan HB IX merupakan salah satu tokoh yang berhasil menyatukan berbagai organisasi kepanduan di Indonesia. Pada akhirnya menjadi satu wadah yakni Pramuka sehingga dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Dia pernah menjabat Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama sejak Pramuka berdiri pada tanggal 14 Agustus 1961. Empat periode berturut-turut, Sri Sultan Hamengku Huwono IX menjabat yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.
Pramuka Pada Masa Penjajahan Belanda
Awal mula sejarah kepanduan di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang kepanduan milik Belanda yang bernama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) pada 1912. Kemudian berubah menjadi NIPV (Netherland Indische Padvinders Vereeniging) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda di tahun 1916.
Pada tahun 1916 Mangkunegara VII membentuk organisasi kepanduan Indonesia yang pertama dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Konsep penyatuan organisasi Pramuka (Kepanduan) dimulai pada tahun 1926 yaitu lahirnya Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO), sebagai bentuk peleburan dua kepanduan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) dan Nationale Padvinderij Organisatie (NPO).
Semakin banyaknya organisasi Pramuka (Kepanduan) milik Indonesia. Akhirnya Hindia Belanda melarang penggunaan istilah Padvinder. Maka dari itu K.H Agus Salim menggunakan nama “Pandu atau Kepanduan” untuk nama organisasi Pramuka di Indonesia.
Setalah deklarasi Sumpah Pemuda, kegiatan Pramuka semakin diminati dengan ditandai berdirinya Pandu Pemuda Sumatra (PPS) tahun 1930, Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) tahun 1931. Kemudian pada tahun 1938 terbentuklah Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).
BPPKI melakukan kegiatan Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem (PERKINO). Perkemahan itulah yang menjadi cikal bakal kegiatan Jambore sampai sekarang ini.
Pramuka Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang, kegiatan dan unsur-unsur Pramuka (Kepanduan) di Indonesia dilarang. Jepang menganggap kegiatan Pramuka di Indonesia dapat memicu persatuan dan kesatuan rakyat. Walaupun demikian dengan tekad yang kuat para pemuda menjalankan kegiatan PERKINO II untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah Jepang.
Pramuka Pada Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia di Solo pada tanggal 28 Desember 1945 sebagai tempat untuk menyatukan Pramuka di seluruh Indonesia.
Seiring keberjalanannya sejarah organisasi Pramuka (Kepanduan) yang jumlahnya sudah ada ratusan dibagi menjadi beberapa federasi. Karena banyaknya organisasi justru menimbulkan kelemahan, maka dari itu dibentuklah Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO). Namun, kendala lain masih terjadi karena kurangnya kekompakkan antar anggota yang tergabung di PERKINDO.
Pada tahun 1961 Kepanduan di Indonesia yang terpecah menjadi 100 organisasi terhimpun dalam 3 federasi yaitu: Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) berdiri pada 13 September 1951. Persatuan Pandu Indonesia (POPPINDO) berdiri tahun 1954 dan Persatuan Kepanduan Putri Indonesia (PKPI).
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka, pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pejabat sementara (Pjs) Presiden RI Ir. H. Juanda. Pada tanggal 14 Agustus 1961 ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Gerakan Pramuka. Maka dari itu setiap tanggal 14 Agustus kita selalu memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Gerakan Pramuka.
Jika kamu tertarik untuk dengan kampus ITATS :