fbpx

Penerimaan Mahasiswa Baru Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Peristiwa Rengasdengklok : Detik – Detik Kemerdekaan Indonesia

Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa yang membekas di sepanjang sejarah Indonesia.  Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta yang terjadi pada 16 Agustus 1945.

Latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok dimulai dari kegiatan kunjungan dari Bung Karno, Bung Hatta, dan KRT. Wedyodiningrat ke Saigon. Mereka hadir berkunjung karena mendapatkan undangan langsung dari panglima militer Jepang yang bertugas di kawasan Asia Tenggara, dan di saat yang bersamaan Jepang dinyatakan telah kalah dalam Perang Dunia ke-2 yang dimulai dari pengeboman di kota Hiroshima dan Nagasaki beberapa hari sebelumnya.

 

Setelah bocornya berita kekalahan Jepang oleh Sekutu, para kelompok yang terdiri dari golongan muda mengirimkan surat yang mendesak agar Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, Sukarno dan Hatta menolak desakan dari golongan muda yang menjadi cikal bakal peristiwa Rengasdengklok.

Alasan lain mengapa golongan muda begitu menginginkan agar segera diproklamasikan kemerdekaan adalah kekhawatiran bahwa Sekutu akan mendarat dan menjajah Indonesia kembali.
Desakan golongan muda dalam peristiwa Rengasdengklok pada golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan membawa berkah bagi bangsa Indonesia yakni mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Golongan tua menginginkan rencana proklamasi harus dirapatkan lebih dulu dengan anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Adapun golongan muda berpendapat PPKI adalah organisasi bentukan Jepang meski anggotanya orang Indonesia. Kemerdekaan harus diraih dan diperjuangkan sendiri, lepas dari segala yang berbau buatan Jepang.

 

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Akhirnya, dipilihlah rumah Bung Karno karena di Lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

 

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pada tanggal 16 Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

 

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler

Pendaftaran Mahasiswa Baru Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, bebas Dana Pengembangan Pendidikan klik

Facebook
Twitter
LinkedIn
Facebook
Scroll to Top