Menilik sejarah, masa kolonial memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Dari penjajahan Belanda, kemudian mulai berkembang dan dikenal gaya arsitektur Hindia Belanda yang masih bisa dilihat hingga zaman modern kini.
Proses perkembangan gaya arsitektural Hinda Belanda terbilang cukup panjang, mengingat masa penjajahan itu sendiri terhitung mencapai 346 tahun.
Mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui secara jelas seperti apa arsitektur ini, sebab di Indonesia sendiri terdapat banyak bangunan peninggalan Belanda.
Arsitektur Hindia Belanda atau Hindia Baru (bahasa Belanda: Nieuwe Indische Bouwstijl) adalah gaya arsitektur yang diperkenalkan di Hindia Belan da atau Indonesia antara akhir abad ke-19 sampai abad ke-20 sebelum Perang Dunia II berkecamuk.
Pada dasarnya, gaya arsitektur ini merupakan arsitektur Barat modern awal yang digabungkan dengan elemen arsitektur lokal.
Walaupun Hindia Baru mengacu pada aliran Rasionalisme Belanda yang muncul di Indonesia pada tahun 1910an, istilah ini sengaja diseragamkan untuk semua gaya arsitektur pada kurun waktu tersebut.
Sejarah Arsitektur Hindia Belanda di Indonesia
Usaha menggabungkan arsitektur Belanda dengan arsitektur lokal sudah dimulai sejak abad ke-18.
Penggabungan ini dilatarbelakangi oleh mahalnya perawatan bangunan bergaya Belanda di kawasan tropis pada abad ke-17, sehingga memaksa Belanda untuk mengikuti arsitektur pribumi.
Usaha pertama diwujudkan melalui rumah-rumah desa Hindia Belanda pada abad ke-18 dan ke-19.
Dalam dunia akademik, gaya arsitektural ini dikenal dengan istilah Gaya Indo-Eropa (Indo-Europese) atau Gaya Hindia (Indische Stijl).
Selain itu, gaya ini juga disebut sebagai Gaya Hindia Lama (Oud Indische Stijl) untuk membedakannya dengan gaya yang baru.
Kelahiran Arsitektur Hindia Baru berkaitan dengan datangnya bahan bangunan baru, munculnya modernisme, serta pelaksanaan Undang-Undang Agraria tahun 1870 di Jawa.
Undang-undang tersebut membuka Pulau Jawa kepada warga asing yang ingin mendirikan perusahaan di Hindia Belanda.
Dari situlah Belanda harus menerapkan standar pembangunan gedung baru yang disesuaikan dengan iklim tropis.
Hindia Baru juga dipengaruhi oleh generasi baru arsitek Belanda yang dilatih untuk memperkenalkan modernisme di Hindia Belanda.
Pada tahun 1910an, sejumlah arsitek Belanda mulai bereksperimen dengan bahan baru untuk menjembatani arsitektur tradisionalis ke modernis di Hindia Belanda dan menyesuaikannya dengan iklim tropis.
Arsitektur Hindia Baru
Hindia Baru mengacu pada jenis arsitektur yang ada di Hindia Belanda pada tahun 1910an.
Gaya arsitektural ini berbaur dengan varian arsitektur modern di Hindia Baru, yakni Art Deco, Ekspresionisme, dan Nieuwe Zakelijkheid, dan sebagainya.
Di Indonesia, gaya Arsitektur Hindia Baru di ranah akademik disebut Rasionalisme Belanda.
Arsitektur ini menjadi solusi untuk menggabungkan elemen tradisional dengan kecanggihan teknologi.
Berbeda dengan versi Barat, bangunan Hindia Baru di Hindia Belanda dibuat berwarna putih dan tidak menonjolkan batu bata seperti di Belanda.
Selain itu, juga ada penggunaan tepi atap yang lebar untuk menutup celah.
Arsitektur Hindia Baru menggunakan konsep fasad ganda dalam bentuk lorong tertutup, baik di lantai dasar maupun atas.
Fasad depan tersebut berfungsi untuk melindungi fasad dalam dari hujan deras dan sinar terik matahari.
Tak hanya itu saja, pintu serta jendela pun dibuat banyak agar interiornya lebih sejuk.
Contoh Bangunan Arsitektur Hindia Baru
1. Lawang Sewu
Sumber: heritage.kai
2. Gedung Sate
Sumber: badan-penghubung.jabarprov.go.id
3. Galeri Seni Kunstkring
Bagi kamu yang tertarik dengan prodi Arsitektur,
Sumber: https://berita.99.co/perkembangan-arsitektur-hindia-belanda/